Pages

Rabu, 17 November 2010

Inilah Sepatu Bola Termahal di Dunia, 2,1 Miliar, Mau?

Kapten timnas Inggris dan Chelsea, John Terry menyumbang sepatu bola merek umbro termahalnya dalam acara lelang amal yang diselenggarakan Live The Dream Foundation milik Rio Ferdinand, 16 Desember 2009.

John Terry bootsDiperkirakan sepatu tersebut bernilai £135,000 atau setara dengan Rp. 2.160.000.000,- (kurs Rp. 16.000,-).

Yang membuat sepatu tersebut bernilai tinggi adalah sepatu tersebut bertahtakan 84 berlian hitam dan dilapis dengan emas putih pada setiap lambang Umbro.

Dan di kedua ujung sepatu terdapat angka 6 yang berlapiskan emas, dan ditaburi berlian 27 karat serta safir 11 karat.
Sepatu tersebut dipakai oleh pemain berusia 29 tahun ini pada pertandingan melawan Belarusia pada tanggal 14 Oktober 2009.



 sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5957862




Ini Dia Sepatu Bola Teringan di Dunia

Adidas meluncurkan produk terbaru sepatu bola teringan di dunia "F50 adiZero". Sepatu dengan bobot 165 gram ini memiliki desain istimewa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan terhadap kecepatan dalam bermain sepak bola.

Bobot ringan ini diperoleh dari bentuk cetakan sepatu (shoe last) ringan yang dilengkapi dengan footbed yang lebih luas dan heel yang mampu mendistribusikan kekuatan secara optimal. Bahan baku berasal dari microfibre polyurethane yang mampu mengurangi berat secara keseluruhan dan memastikan bahwa sepatu pas di kaki, bagaikan kulit kedua.

"Secara resmi peluncuran F50 adiZero telah dilakukan sejak awal Maret 2010, sedangkan untuk wilayah Indonesia pemasaran mulai dilakukan per hari ini," kata Monica selaku Brand Communication Adidas Indonesia dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (24/5/2010).

Dalam perhelatan akbar Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, F50 adiZero juga akan dipakai oleh beberapa pemain terkenal yang ditunjuk menjadi duta dari Adidas, antara lain Lionel Messi dan David Villa.

"Saya terkesima merasakan betapa ringannya F50 terbaru dari Adidas ini, bahkan saya hampir tidak merasakan seperti menggunakan sepatu," sebut Lionel Messi dalam berita persnya.

Hal senada juga diungkapkan mantan striker Valencia, David Villa. "Kecepatan adalah hal yang penting ketika bermain sepak bola. Saya sangat menantikan momen ketika saya bergerak lebih cepat saat bermain di Afrika Selatan nanti melawan para tim nasional terbaik dunia dalam waktu beberapa minggu lagi," kata Villa dalam siaran persnya.

David Villa akan menggunakan F50 adiZero versi warna hitam putih, sementara Messi menggunakan versi khusus warna bunglon ungu dan putih dengan aksen elektrik.

Harganya sekitar $199

nih penampakannya [BWK]
Spoiler for adidas adizero F50








Quote:
Dipake pertama kali ni gan ma ni orang2 di Piala Dunia ntar..
Spoiler for "messi and villa"



 

sumber: http://archive.kaskus.us/thread/4203349

Selasa, 16 November 2010

Fakta Unik Tentang Sepatu Bola


F50 adiZero
Pada awalnya, pemain boleh mengenakan kasut jenis apa pun di lapangan. Sepatu dengan alas polos dan sering dipakai untuk kerja pun diperbolehkan. Sepatu wanita dengan hak agak tinggi bahkan pernah digunakan lelaki di lapangan hijau.

Kemudian, keluarlah peraturan FIFA pada 1863. Salah satunya berbunyi, “Yang tidak memakai paku menonjol, lempengan besi, atau getah karet pada sol sepatunya diperbolehkan bermain”.

Aturan itu memunculkan gairah tukang sepatu di Inggris dan Eropa untuk membuat sepatu khusus sepak bola. Sebelum industri massal dimulai, tukang sepatu kebanyakan membuatnya dalam skala rumah tangga.

Pada 1895, Joe dan Jeff Foster mendirikan J.W. Foster and Sons di Bolton, Inggris, sebelum mengubahnya menjadi Reebok pada 1958. Sejak Januari 1905, Herman Jansen membuat toko sekaligus bengkel kasut di rumahnya di Kota Hengelo, Provinsi Gelderland, Belanda timur. Pada tahun yang sama, muncul pula pembuat sepatu Gola di Inggris.

Industri sepatu kian menggeliat ketika adik-kakak Adolf dan Rudolf Dassler membuka pabrik dengan nama Gebruder Dassler Schuhfabrik pada 1924. Dua bersaudara itu akhirnya pecah kongsi pada 1947. Adolf membentuk Adidas dan Rudolf menelurkan Puma.

Mulai tahun 1910-an, sepatu dengan nama Cup Final Specials mendunia berkat “gigi-gigi” kayu di bagian bawah agar pemain mudah mencengkeramkan kakinya ke tanah. Ujung sepatu dibuat dengan pola anyaman agar pemain mudah menggerakkan jari kakinya selama mengontrol bola. Bentuk gigi itu seperti tabung dengan tiga paku kecil berujung tajam. Pemain harus memakukkan “kuku” itu ke sol dengan palu kecil.

Ukuran gerigi itu pun bervariasi. Pemain akan memilih gigi lebih panjang untuk bermain di lapangan becek agar tidak mudah terpeleset. Salah satu tugas wasit dan asistennya adalah mengecek sol itu sebelum pemain masuk ke lapangan. Jika gigi sepatu terlalu tajam dan menonjol, pemain tak diperbolehkan masuk.

Kasut-kasut masa silam itu dibuat dari bahan kulit tipis tapi berat. Modelnya berupa lars panjang atawa boot agar bisa melindungi engkel pemain dari sepakan lawan. Sepatu baru umumnya keras dan kaku sehingga sering membuat kaki pemakainya cedera. Agar lebih lentur dan enak dipakai, sepatu direndam dulu selama beberapa jam sebelum dikenakan, lalu dijemur sebentar agar kandungan air tidak memberatkan sepatu.

Di era 1920-an, sepatu bola mulai diproduksi secara massal. Salah satu yang terkenal di era itu adalah Manfield Hotspur. Sepatu kulit ini tidak hanya diproduksi untuk pemain dewasa, tapi juga untuk semua umur termasuk anak-anak.

Sepuluh tahun kemudian, muncullah variasi warna tali sepatu. Selain hitam, ada pula putih, merah, dan lainnya. Di lapangan, pemain kerap menggonta-ganti tali ini karena proses rendam-jemur sepatu membuat tali mudah rusak.

Pada 1951, perusahaan sepatu mulai mengendus bisnis baru. Mereka mencatut nama pemain terkenal untuk nama produknya. Bintang Inggris saat itu, Stanley Matthews, menjadi nama sepatu keluaran CWS. Ia mencatatkan diri sebagai pemain pertama yang disewa sebagai bintang iklan sepatu. Maka, dimulailah komersialisasi sponsor oleh produsen sepatu kepada pemain, yang saat itu mendapat gaji maksimal 20 poundsterling.

Selain Matthews, pemain-pemain lain mulai mendapat tempat khusus di hati produsen. Sepatu Bobby Charlton, contohnya, beredar pada 1964. Dua tahun kemudian, muncul kasut bernama Pele, yang dibuat sesuai tuntutan gaya main lincah ala pemain Brasil itu.

Matthews juga menjadi salah satu pengguna sepatu Continental, seri terbaru dari Manfield Hotspur dan dikenakan pemain-pemain di Eropa serta Brasil. Sepatu ini dibuat pada 1950-an hingga 1960-an. Pada masa itu, sol sepatu juga dibuat dengan bahan karet, plastik, atau logam dengan pengait sekrup.

Selama itu sepatu sepak bola identik dengan kombinasi warna hitam atau cokelat dengan strip putih. Puma pernah membuat sepatu putih pada 1958, tapi baru dipertontonkan oleh pemain Inggris, Alan Ball, satu dekade kemudian. Kelir lain mulai bermunculan pada 1998, salah satunya dikenakan oleh pemain Maroko, Moustafa Hadji.

Pada 1995, mantan pemain Liverpool, Craig Johnston, mendesain sepatu bernama Predator yang diproduksi oleh Adidas. Sepatu ini menggunakan kulit kanguru sebagai lapisan luarnya yang diklaim mempermudah lengkung arah bola. Klaim ini membuat sepatu itu laris manis dan antara lain dipakai eksekutor seperti Zinedine Zidane, David Beckham, dan Steven Gerrard.

Saat ini produsen membuat beragam sepatu dengan teknologi mutakhir sesuai kebutuhan pemakainya. Bentuk, desain, dan bahannya dibuat agar pemain bisa menggerakkan kakinya senyaman mungkin dan aman. Kuku-kuku di solnya pun tak selalu berjumlah sama satu dengan yang lain. Gigi-gigi yang awalnya berbentuk bulat berubah menjadi pilih dan ini sering dianggap gampang melukai lawan.

Sepatu masa kini pun tersedia dalam beragam kelir. Nike, misalnya, pernah membuat sepatu berwarna genit merah muda, Nike Mercurial Vapor Rosa. Anda bisa melihatnya pada kaki Nicklas Bendtner dan Franck Ribery. Warna ngejreng seperti ini memang sangat mencolok di lapangan. Sebuah gimmick jitu untuk menarik penonton agar gampang memelototi permainan bintang favoritnya dan mencari tahu kemampuan sepatu yang dipakainya.

Itu pula yang membuat bintang Barcelona, Lionel Messi, menyukai warna biru terang Adidas F50i yang dikenakannya pada final Liga Champions 2009 lalu. Sepatu dengan lapisan SprintSkin dari bahan sintentis antiair nan fleksibel ini menghiasi kaki pemain ternama pada kualifikasi Piala Dunia 2010. tapi pada putaran Final Piala Dunia nanti yang akan dipakainya ialah F50 adiZero yang di klaim sepatu paling ringan di dunia.

Lebih dari warna-warni itu, Messi dan semua pemain bola pasti sepakat bahwa bentuk, bahan, serta desain sepatu amat membantu mereka mengeluarkan karakter permainan di lapangan. Pada akhirnya, penonton pun terpikat oleh aksi sang bintang.

Kini, Messi dan rekan barunya di Barcelona, David Villa, sama-sama akan mengenakan sepatu berteknologi yang diberi nama F50 adiZero yang menunjang pergerakan mereka dapat lebih cepat saat berlaga di Piala Dunia nanti. Faktor kecepatan memang penting karena di era sepakbola modern, terkadang kemenangan ditentukan hanya dalam jarak beberapa milimeter atau waktu sepersekian detik. 


SUMBER: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5880520

Sabtu, 13 November 2010

FERRY ACROSS THE MERSEY – GET US OUTTA HERE

Whilst fans might have short memories, the ones belonging to journalists are even shorter.  James Olley, The Standard’s Chief Football Correspondent, delighted in telling everyone after the Liverpool defeat that in 19 Premiership visits to Merseyside we’ve lost 12.  Moreover, ‘our miserable record at Liverpool is extended’.  But hold on.  Wasn’t it just six short months ago that we beat Liverpool at Anfield to win The Double?
Everyone at CFCnet knows that whilst we actually won the league against Wigan it was our away victories at Man Utd and, crucially, Liverpool that won us the title. In layman’s terms what we’re saying is that out of 19 Premiership games against the Reds we won the game that was most important – May 2010.  That’ll do us.
Yes, we’re disappointed with the weekend’s game.  Of course we are.  We can’t bear to be beaten by the Scousers.  Listening to them sing you’d have thought they’d invented football but on closer inspection their claims to ‘history’ disintegrate into dust.  A mediocre second division team before Shankly arrived, Liverpool were knocked out of the FA Cup by non-league Worcester City in 1959.  A nice nugget of history that’s been conveniently forgotten.
In fact Liverpool’s ‘glorious’ history spans just 17 years between 1973 and 1990.  Either side of that they’ve either been lucky (Istanbul) or poor (no Premiership trophy to their name). If you’re 19 years old now you’ll have never been alive when Liverpool last won the league.  Ouch.
It’s not just the Standard’s James Olley who is economical with the truth either. On the day of the game, journalist Stewart Robson was telling anyone who’d listen on Talksport that Chelsea have lost their aura of ‘invincibility’.  Whilst he’s correct, what he failed to add is that as an ‘invincible’ team from 2004-2007 we’d average 69 goals a season compared to Ancelotti’s record breaking 103.  That’s 50% more goals under Carlo.
It’s generally believed Abramovich appointed Ancelotti on the basis that he wanted a more swashbuckling style and for Chelsea to create an ‘identity’ that was more attack minded.  Ancelotti’s delivered that already and whilst it makes for more defeats and nerve-shredding matches, it also ensures excitement by the bucket load.  Whether fellow fans agree with us is another thing, especially as Jose is such an iconic figure for all Chelsea fans (us included), but we can’t help remember the half empty stadium against Rosenborg telling its own story.
To wrap up Sunday’s game, CFCnet feels the latest additions to the Chelsea squad lack ‘physicality’.  With Drogba, Lampard and Essien (and Ballack) missing (or having left), our midfield felt lightweight.  Ramires and Zhirkov need a few man hours in the gym – the two of them combined weigh as much as Jamie Carragher’s left thigh.  Given our physical presence was missing at Merseyside, surely it would have been better for Chelsea to play 4-5-1?  We’ll leave it for Ancelotti to work that out but he’d better be aware that nothing less than Chelsea battering Liverpool at the Bridge in February will satisfy us.  We’re looking forward to it already.

Jumat, 12 November 2010

PERSIJA JAKARTA

logo
Full name Persatuan Sepak Bola
Indonesia Jakarta
Nickname(s) Macan Kemayoran (Kemayoran Tigers)
Founded 28 November 1928, as Voetbalbond Indonesische Jakarta
Ground Bung Karno Stadium
Jakarta
(Capacity: 88,083)
Chairman Indonesia Fauzi Bowo
Head Coach Indonesia Rahmad Darmawan
League Indonesia Super League
2009-10 Indonesia Super League, 5th

Home colours
Away colours
Persija (Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) is an Indonesian football club from Jakarta. It is one of Indonesia's most successful clubs. The club's patron is Sutiyoso, the governor of Jakarta until 2007. Persija Jakarta was founded in November 28, 1928, with the embryo called Voetbalbond governor of Jakarta (VIJ). VIJ is one who co-founded the club Football Association All of Indonesia (PSSI) with the participation of representatives VIJ, Mr. Soekardi in the formation of Societeit PSSI Hadiprojo Yogyakarta, Saturday, April 19, 1930. Club coach for Indonesia Super League season 2010 is Rahmad Darmawan, with Francis Wawengkang as an assistant coach. Persija is also known for its fanatical supporters (Jakmania).

Contents

[hide]

[edit] History

Persija was founded on November 28, 1928, with name VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta). VIJ was one of the clubs which set up Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) with its representative, with BIVB Bandung, SIVB Surabaya, MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB and PSM at Societeit Hadiprojo, Yogyakarta, 19 April 1930. At the time of the Dutch East Indies, the name of Persija is beginning VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). Post-Republic of Indonesia back to the form of a unitary state, VIJ renamed Persija (Football Association of Indonesia, Jakarta). At that time, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) as a rival organization PSSI still there. On the other side, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) as a bond (the union) Persija match there as well. Regardless of the fate or not, along with Indonesian state sovereign, NIVU inevitably be disbanded. Perhaps also because of social and political is not conducive (to support). The atmosphere is finally spreading to the members, among others VBO. In mid-1951, VBO meeting to disperse (liquidation) and encourage him to join Persija. In its development, the VBO join Persija. In the triangular tournament of friendship, a joint Indonesian national players who joined in Persija "new" is confronted with the Dutch and Tionghoa. This is the result: Persija (Indonesia) vs Netherlands 3-3 (June 29, 1951), Netherlands vs Tionghoa 4-3 (June 30, 1951), and Persija (Indonesia) vs Tionghoa 3-2 (July 1, 1951). All matches took place in the field BVC Merdeka Selatan, Jakarta.

[edit] Seasons

[edit] Premier Division

[edit] Indonesia Super League

  • 2008, 7th place
  • 2009, 5th place

[edit] Achievements

[edit] National League

Persija Champions 1975 shared with PSMS Medan
This file is a candidate for speedy deletion. It may be deleted after Friday, November 19, 2010.
  • Perserikatan
    • Champions: 10
      • 1931, 1933, 1934, 1938, 1954, 1964, 1971, 1972, 1973, 1979
    • Runner - Up: 8
      • 1932, 1951, 1952, 1975, 1976, 1977, 1978, 1988
Persija Champions 2001
This file is a candidate for speedy deletion. It may be deleted after Friday, November 19, 2010.

[edit] National Cup

[edit] International

  • Sultan Brunei Darussalam Cup
    • Winners: 1
      • 2001

[edit] Performance in AFC competitions

2002: Qualifying - 1st round

[edit] Supporters

Persija Jakarta Supporters (Jakmania), 2005
This file is a candidate for speedy deletion. It may be deleted after Friday, November 19, 2010.
Persija Jakarta's supporters call themselves The Jakmania. They are amongst Indonesia's most passionate and fanatical supporters. The growth of Jakmania can be felt both inside and outside the stadium — now there are upward of 60,000 supporters at each home match. There are more than 100,000 registered members. A registered member is given a special T-shirt, which has the words: Gue Anak Jakarta, which means I am a Jakarta kid. It helps new members identify themselves as Jakartans. After a year, they are given a T-shirt that says “Satu Jakarta Satu,” or One Jakarta One. “They have to agree there is only one Jakarta, . Then after two years of membership, another T-shirt with “Jakmania 12,” to represent the twelfth player of Persija, is issued to supporters. After three years of active membership, they will wear a different T-shirt according to the theme of the year was founded with a mentality of “the Ultras,” a category of football supporters. Other categories are the spectators, individuals who are not organized, who love the game and often do not affiliate with any clubs; and the hooligans are the very fanatics who do not hesitate to use violence to support their clubs. the ultras are organized supporters, with an organizational tree and structure. “ Jakmania have 60 field coordinators. The Jakmania not only in the Jakarta area alone. But outside of Jakarta was already there, such as Jak Semarang, Jak Jogja, Jak Karawang, Jak Depok, Jak Bogor, Jak Solo, Surabaya Jak even really be in the "enemy". Supporter groups, characterized by the color orange was once a supporter favorite soccer 2003 version of ANTV-award and the best supporters in the Cup 2008 Indonesia. They're also the big enemy of Persebaya Surabaya, Bonekmania and Persib Bandung, Viking or Bobotoh (Bobotoh literally means Supporters in Sundanese language). They did it since Perserikatan era. And another group of Persija supporters that is Ultras Persija.

[edit] Squad

[edit] First-team squad

Note: Flags indicate national team as has been defined under FIFA eligibility rules. Players may hold more than one non-FIFA nationality.
No.
Position Player
1 Indonesia GK Roni Tri Prasnanto
2 Singapore DF Precious Emuejeraye
4 Cameroon DF Eric Bayemi
6 Indonesia MF Tony Sucipto
7 Indonesia MF Rizky Ramdani Lestaluhu
8 Indonesia MF Syamsul Chaeruddin
10 Nigeria MF Greg Nwokolo
11 Indonesia MF Agus Indra Kurniawan
13 Indonesia DF Hasyim Kipuw
14 Indonesia DF Ismed Sofyan (vice captain)
15 Indonesia FW Aliyudin
17 Indonesia DF Mohammad Nasuha
18 Indonesia MF Octavianus

No.
Position Player
19 Indonesia MF Ambrizal
20 Indonesia FW Bambang Pamungkas (captain)
21 Indonesia MF Ahmad Marzukih
22 Liberia MF Oliver Makor
23 Indonesia DF Leo Saputra
26 Indonesia GK Andritany Ardhiyasa
28 Indonesia DF AA Ngurah Wahyu
29 Singapore FW Agu Cashmir
34 Indonesia GK Hendro Kartiko
44 Indonesia DF Wirya Kumandra
81 Indonesia MF Muhammad Ilham
89 Indonesia FW Sansan Fauzi Husaeni
91 Indonesia MF Lifky Suteja